"IBNU SINA"
LATAR BELAKANG
Dalam
sejarah pemikiran filsafat abad pertengahan, sosok Ibnu Sina dalam banyak
hal dapat dikatakan unik, sedangkan diantara para filosof muslim
ia tidak hanya unik, tapi juga memperoleh penghargaan yang semakin tinggi
hingga masa modern. Ia adalah satu-satunya filosof besar Islam yang telah
berhasil membangun sistem filsafat yang lengkap dan terperinci, suatu sistem
yang telah mendominasi tradisi filsafat muslim beberapa abad.
Pengaruh
ini terwujud bukan hanya karena ia memiliki sistem, tetapi karena sistem yang
ia miliki itu menampakkan keasliannya yang menunjukkan jenis jiwa yang jenius
dalam menemukan metode-metode dan alasan-alasan yang diperlukan untuk
merumuskan kembali pemikiran rasional murni dan tradisi intelektual Hellenisme
yang ia warisi dan lebih jauh lagi dalam sistem keagamaan Islam.
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Hidup Ibnu Sina
Ibnu Sina yang memiliki
nama asli Abu Ali al-Husain bin Abdullah merupakan dokter dan filosof Islam
termasyhur. Di Barat dia terkenal dengan nama Avicenna. Assy-Syaikh
Ar-Rais Abu Ali al-Husain bin Abdillah bin Sina (Avicenna). Ibnu Sina
dilahirkan di Afsyanah (Efshene) di Bukhara pada bulan Safar tahun 370 H atau
980 M dari ibu yang berkebangsaan Turki dan bapaknya peranakan Arab-Persi.
Dia mempelajari kedokteran pada
usia 16, dan tidak hanya belajar teori kedokteran, tetapi melalui pelayanan
pada orang sakit, melalui perhitungannya sendiri, menemukan metode-metode baru
dari perawatan. Anak muda ini memperoleh predikat sebagai seorang
fisikawan pada usia 18 tahun dan menemukan bahwa "Kedokteran tidaklah ilmu yang sulit ataupun
menjengkelkan, seperti matematika dan metafisika, sehingga saya
cepat memperoleh kemajuan; saya menjadi dokter yang sangat baik dan mulai
merawat para pasien, menggunakan obat-obat yang sesuai." Kemasyuran
sang fisikawan muda menyebar dengan cepat, dan dia merawat banyak pasien tanpa
meminta bayaran.
Ibnu Sina wafat pada
tahun 1037 M di Hamadan, Iran, karena penyakit maag yang kronis. Ia wafat
ketika sedang mengajar di sebuah sekolah. saat itu dia sedang sakit parah
tetapi tetap saja bersikeras utuk mengajar anak-anak, saat dia wafat anak-anak
itu merasa beruntung sekali mempunyai kesempatan untuk
bertemu Ibnu Sina untuk terakhir kalinya karena saat akan dibawa ke
rumah dia sudah kehilangan nyawa dan tidak dapat ditolong.
B. Karya-Karya
Ibnu Sina
Dalam dunia Islam
kitab-kitab Ibnu Sina sangat terkenal, bukan saja karena kepadatan
ilmunya, akan tetapi karena bahasanya yang baik dan caranya menulis sangat
terang. Selain menulis dalam bahasa Arab, Ibnu Sina juga menulis dalam bahasa
Persia. Buku-bukunya dalam bahasa Persia, telah diterbitkan di Teheran pada tahun
1954.
Karya-karya Ibnu Sina
yang ternama dalam lapangan Filsafat adalah As-Shifa, An-Najat dan Al Isyarat.
An-Najat adalah resum dari kitab As-Shifa. Al-Isyarat, dikarangkannya kemudian,
untuk ilmu tasawuf. Selain dari pada itu, ia banyak menulis karangan-karangan
pendek yang dinamakan Maqallah. Kebanyakan maqallah ini ditulis ketika ia
memperoleh inspirasi dalam sesuatu bentuk baru dan segera dikarangnya.
Buku-buku yang pernah
dikarang oleh Ibnu Sina, dihimpun dalam buku besar Essai de Bibliographie
Avicenna yang ditulis oleh Pater Dominician di Kairo dan diantara
beberapa karya Ibnu Sina ialah:
1.
Qanun
fi Thib (Canon of Medicine) (Terjemahan bebas: Aturan
Pengobatan)
2. Asy Syifa (terdiri
dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu pengetahuan)
3. An Nayyat (Book
of Deliverence) buku tentang kebahagiaan jiwa.
4. Al-Majmu,
berbagai ilmu pengetahuan yang lengkap, di tulis saat berusia 21 tahun di
Kawarazm
5. Isaguji (The
Isagoge) ilmu logika Isagoge: Bidang logika
6. Fi Aqsam al-Ulum al-Aqliyah (On
the Divisions of the Rational Sciences) tentang pembahagian ilmu-ilmu rasional.
7. Ilahiyyat (Ilmu
ketuhanan): Bidang metafisika
8. Fiad-Din yang
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi "Liber de
Mineralibus" yakni tentang pemilikan (mimeral).
9. Risalah fi Asab Huduts al-Huruf,
risalah tentang sebab-sebab terjadinya huruf: Bidang sastra arab
10. Al-Qasidah al-Aniyyah,
syair-syair tentang jiwa manusia: Bidang syair dan prosa
11. Risalah ath-Thayr,
cerita seekor burung: Cerita-cerita roman fiktif
12. Risalah as-Siyasah (Book
on Politics) Buku tentang politik: Bidang politik
13. Al Mantiq,
tentang logika. Buku ini dipersembahkan untuk Abu Hasan Sahil.
14. Uyun Al Hikmah (10
jilid) tentang filsafat.
15. Al Hikmah El Masyriqiyyin,
tentang filsafat timur.
16. Al Insyaf,
tentang keadilan sejati.
17. Al Isyarat Wat Tanbihat,
tentang prinsip ketuhanan dan kegamaan.
18. Sadidiya,
tentang kedokteran.
19. Danesh Nameh,
tentang filsafat.
20. Mujir.
Kabir Wa Saghir, tentang dasar-dasar
ilmu logika secara lengkap.
21. Salama wa Absal, Hayy ibn
Yaqzan, al-Ghurfatul Gharabiyyah (Pengasingan
Barat)
C. Pemikiran
Filsafat Ibnu Sina
Di antara buku-buku dan
risalah yang ditulis oleh Ibnu Sina, kitab al-Syifa’ dalam filsafat dan
Al-Qanun dalam ilmu kedokteran dikenal sepanjang massa. Al-Syifa’ ditulis dalam
18 jilid yang membahas ilmu filsafat, mantiq, matematika, ilmu alam dan ilahiyyat.
Mantiq al-Syifa’ saat ini dikenal sebagai buku yang paling otentik dalam ilmu
mantiq Islami, sementara pembahasan ilmu alam dan ilahiyyat dari kitab
al-Syifa’ sampai saat ini juga masih menjadi bahan telaah.
Dalam ilmu kedokteran,
kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama beberapa abad menjadi kitab
rujukan utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah umum ilmu
kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit. Seiring dengan kebangkitan
gerakan penerjemahan pada abad ke-12 masehi, kitab Al-Qanun karya Ibnu Sina
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku tersebut juga sudah
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis dan Jerman. Al-Qanun adalah
kitab kumpulan metode pengobatan purba dan metode pengobatan Islam. Kitab
ini pernah menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di universitas-universitas
Eropa.
Ibnu Sina juga
memiliki peran besar dalam mengembangkan berbagai bidang keilmuan. Beliau
menerjemahkan karya Aqlides dan menjalankan observatorium untuk ilmu
perbintangan. Dalam masalah energi, Ibnu Sina memberikan hasil
penelitiannya akan masalah ruangan hampa, cahaya dan panas kepada khazanah
keilmuan dunia.
Dikatakan bahwa Ibnu
Sina memiliki karya tulis yang dalam bahasa latin berjudul De
Conglutineation Lagibum. Dalam salah satu bab karya tulis ini, Ibnu
Sina membahas tentang asal nama gunung-gunung. Pembahasan ini sungguh menarik.
Disana Ibnu Sina mengatakan, “Kemungkinan gunung tercipta karena dua
penyebab. Pertama menggelembungnya kulit luar bumi dan ini terjadi lantaran goncangan
hebat gempa. Kedua karena proses air yang mencari jalan untuk mengalir. Proses
mengakibatkan munculnya lembah-lembah bersama dan melahirkan penggelembungan pada
permukaan bumi. Sebab sebagian permukaan bumi keras dan sebagian lagi lunak.
Angin juga berperan dengan meniup sebagian dan meninggalkan sebagian pada
tempatnya. Ini adalah penyebab munculnya gundukan di kulit luar bumi.”
Ibnu Sina dengan
kekuatan logikanya sehingga dalam banyak hal mengikuti teori matematika bahkan
dalam kedokteran dan proses pengobatan dikenal pula sebagai filosof tak
tertandingi. Menurutnya, seseorang baru diakui sebagai ilmuan, jika ia
menguasai filsafat secara sempurna. Ibnu Sina sangat cermat dalam mempelajari
pandangan-pandangan Aristoteles di bidang filsafat. Ketika menceritakan
pengalamannya mempelajari pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina mengaku bahwa beliau
membaca kitab Metafisika karya Aristoteles sebanyak 40 kali. Beliau menguasai
maksud dari kitab itu secara sempurna setelah membaca syarah atau
penjelasan ‘metafisika Aristoteles’ yang ditulis oleh al-Farabi,
filosof muslim sebelumnya.
Dalam filsafat,
kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode yang penting. Periode pertama
adalah periode ketika beliau mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada periode
ini, Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran Aristoteles. Periode kedua
adalah periode ketika Ibnu Sina menarik diri dari faham paripatetik dan seperti
yang dikatakannya sendiri cenderung kepada pemikiran iluminasi.
Berkat telah dan studi
filsafat yang dilakukan para filosof sebelumnya semisal Al-Kindi dan Farabi,
Ibnu Sina berhasil menyusun sistem filsafat Islam yang terkoordinasi
dengan rapi. Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina adalah menjawab berbagai
persoalan filsafat yang tak terjawab sebelumnya.
Pengaruh pemikiran
filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di bidang kedokteran
tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa. Albertos
Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun
1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap
tentang filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran
Aristoteles Kristen. Dia lah yang mengawinkan dunia Kristen dengan pemikiran
Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran filosof besar Yunani itu dari
buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina adalah ringkasan dari
tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya oleh para
pemikir Barat.
Ibnu
Sina merupakan seorang ahli geografi yang mampu menerangkan bagaimana
sungai-sungai berhubungan dan berasal dari gunung-gunung dan
lembah-lembah. Selain itu ia mampu mengemukakan suatu hipotesis atau
teori yang pada waktu itu belum pernah terpecahakan secara
tuntas oleh ahli Yunani dan Romani sejak dari Heredotus,
Aristotelessampai Protolemaious. Menurut Ibnu Sina "gunung-gunung
yang memang letaknya tinggi, baik karena lingkungannya maupun karena
lapisannya dari kulit bumi, maka ada kalanya ia diterjang, lalu berganti
rupa dikarenakan oleh sungai-sungai yang meruntuhkan pinggiran-pinggirannya.
Akibat proses semacam ini, maka terjadilah apa yang disebut
lembah-lembah."
Dalam bidang geologi,
kimia dan kosmologi pun tidak disangsikan lagi kemampuannya. Bahkan menurut A.
M. A. Shustery, karangan Ibnu Sina mengenai ilmu pertambangan
(mineral) menjadi sumber geologi di Eropa. Sedang di bidang kimia, ia juga
meninggalkan penemuan-penemuan yang bermanfaat. Menurut Reuben Levy, Ibnu Sina
telah menerangkan bahwa benda-benda logam sebenarnya berbeda satu dengan lainnya.
Ia dianggap termasuk penerus perkembangan ilmu kimia yang telah dirintis
sebelumnya oleh Jabir Ibnu Hayyan, Bapak kimia Muslim.
Ibnu Sina juga
telah mengembangkan ilmu psikologi dalam pengobatan dan
membuat beberapa penemuan dalam ilmu yang dikenal hari ini sebagai ilmu
pengobatan psikosomatics "psychosomatic medicine".
Beliau mengembangkan ilmu
diagnosis melalui denyutan jantung (pulse diagnosis) untuk mengenal pasti
dalam waktu beberapa detik saja ketidak seimbangan humor yang
berkenaan. Diagnosis melalui denyutan jantung ini masih dipraktikkan oleh para
hakim (doktor-doktor muslim) di Pakistan, Afghanistan dan Parsi yang
menggunakan ilmupengobatan Yunani. Seorang doktor dari Amerika (1981)
melaporkan bahwa para hakim di Afghanistan, China, India dan Parsi menyatakan dalam
denyutan jantung sangat dirasakan bermanfaat dan efisien, karena:
·
Mengetahui denyutan kuat dan lemah
·
Waktu antara tiap denyutan
·
Kandungannya lembap di permukaan kulit
dekat denyutan itu dan lain-lain.
Dari ukuran-ukuran
denyutan jantung seseorang, dokter dapat mengetahui dengan tepat
penyakit yang diderita di dalam tubuh penderita. Ibnu Sina menyadari kepentingan
emosi dalam pemulihan. Apabila penderita mempunyai sakit jiwa misalkan berpisah
darikekasihnya, beliau mendapatkan nama dan alamat kekasihnya itu melalui cara
berikut:
Caranya adalah terus
menyebut banyak nama dan mengulanginya dan selama itu jarinya diletakkan diatas
denyutan (pulse), apabila denyutan itu terjadi tidak teratur atau hampir-hampir
berhenti, seseorang itu hendaklah mengulang proses tersebut. Dengan cara yang
serupa, nama, jalan rumah dan keluarga disebutkan. Selepas itu, kata Ibnu Sina
"Jika anda tidak dapat mengobati penyakitnya maka temukanlah si penderita
dengan kekasihnya" (Terjemahan). Ibnu Sina adalah doktor pengobatan yang
pertama mencatatkan bahawa penyakit paru-paru (plumonary tuberculosis) adalah
suatu penyakit yang menular (contagious) dan dia menceritakan dengan jelas
tanda-tanda penyakit kencing manis dan dampak dari penyakit kencing manis.
Beliau sangat berminat dalam bidang akal (mind) dan jiwa dan beliau telah
banyak menulis mengenai gangguan psikologi.
Pengaruh Ibnu Sina
dalam soal kejiwaan tidak dapat diremehkan, baik pada dunia pikir Arab sejak
abad ke sepuluh Masehi sampai akhir abad ke 19 M, terutama pada Gundisallinus,
Albert the Great, Thomas Aquinas, Roger Bacon dan Dun Scot.
Pemikiran terpenting
yang dihasilkan Ibnu Sina ialah falsafatnya tentang jiwa. Sebagaimana
Al-Farabi, ia juga menganut faham pancaran. Dari Tuhan memancar akal pertama,
dan dari akal pertama memancar akal kedua dan langit pertama, demikian
seterusnya sehingga tercapai akal ke sepuluh dan bumi. Dari akal ke sepuluh
memancar segala apa yang terdapat di bumi yang berada dibawah bulan. Akal
pertama adalah malaikat tertinggi dan akal kesepuluh adalah Jibril.
Ibnu Sina berpendapat
bahwa akal pertama mempunyai dua sifat: sifat wajib wujudnya sebagai pancaran
dari Allah, dan sifat mungkin wujudnya jika ditinjau dari hakekat dirinya
atau necessary by virtual of the necessary being and possible in essence.
Dengan demikian ia mempunyai tiga obyek pemikiran: Tuhan, dirinya sebagai wajib
wujudnya dan dirinya sebagai mungkin wujudnya
Dari pemikiran tentang
Tuhan timbul akal-akal dari pemikiran tentang dirinya sebagai wajib wujudnya
timbul jiwa-jiwa dari pemikiran tentang dirinya sebagai mungkin wujudnya timbul
di langit. Jiwa manusia sebagaimana jiwa-jiwa lain dan segala apa yang terdapat
di bawah Bulan, memancar dari akal ke sepuluh.
Segi-segi kejiwaan pada Ibnu Sina pada
garis besarnya dapat dibagi menjadi dua segi yaitu:
1.
Segi fisika yang membicarakan tentang
macam-macamnya jiwa (jiwa tumbuhan, jiwa hewan dan jiwa manusia). Pembahasan
kebaikan-kebaikan, jiwa manusia, indera dan lain-lain dan pembahasan lain yang
biasa termasuk dalam pengertian ilmu jiwa yang sebenarnya.
2.
Segi metafisika, yang membicarakan
tentang wujud dan hakikat jiwa, pertalian jiwa dengan badan dan keabadian
jiwa.
KESIMPULAN
·
Ibnu Sina memiliki pemikiran keagamaan
yang mendalam. Pemahamannya mempengaruhi pandangan filsafatnya. Ketajaman
pemikirannya dan kedalaman keyakinan keagamaannya secara simultan mewarnai alam
pikirannya. Ibnu Rusyd menyebutnya sebagai seorang yang agamis dalam
berfilsafat, sementara al-Ghazali menjulukinya sebagai Filsuf yang terlalu
banyak berfikir.
·
Ibnu Sina menghasilkan banyak pemikiran
diantaranya yaitu mengenai ilmu kedokteran. Ia mempelajari tentang obat-obatan
dan banyak penyakit. Ia juga seorang seniman yang menghasilkan banyak karya
tulis dan sastra yang telah diterjemahkan kedalam beberapa bahasa.
·
Selain itu, Ibnu Sina juga seorang
pemikir yang ahli dalam bidang Geografi, geologi, kimia dan kosmologi.
·
Menurut Ibnu Sina bahwa alam ini
diciptakan dengan jalan emanasi (memancar dari Tuhan). Tuhan adalah wujud
pertama yang immateri dan dariNyalah memancar segala yang ada.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Heris Hermawan, M. Ag dan Yaya Sunarya,
M. Pd, Filsafat Islam. Insan Mandiri. Bandung: 2011.
·
M. Natsir Arsyad, Ilmuan Muslim
Sepanjang Sejarah. Bandung. Mizan: 1989.
·
Silfia Hanani,
S. Ag., M. Si., Dialog Filsafat dengan Teologi. Bandung. Humaniora: 2004.